Halaman

    Social Items

Kendala UMKM Pekanbaru di Era Ekonomi Digital

Pekanbaru sebagai kota yang memiliki iklim bisnis tinggi juga memiliki perkembangan bisnis UKM yang cukup baik. bahkan menilai iklim bisnis UKM Kota Pekanbaru saat ini berjalan cukup baik. “Saya menilai sudah sangat baik, potensi.di pekanbaru ini. Dan sangat berkembang. Saya menyadari ini bukan kunjungan pertama saya melihat sentra-sentra UKM diberbagai kota. Dan, yang saya lihat dipekanbaru sangat cukup baik dan berbanding terbalik dengan daerah-daerah lainnya.

Jumlah UMKM di Pekanbaru menjadi jumlah terbanyak dibandingkan dengan jumlah UMKM di kabupaten/kota lainnya di Riau. Data Diskop dan UKM Riau menyebutkan bahwa Pekanbaru dengan 68.728 UMKM-nya menempati posisi pertama dalam jumlah UMKM. Posisi kedua adalah Kampar dengan jumlah UMKM-nya sebanyak 45.446 UMKM. Inhil dengan 44.891 UMKM menempati posisi ketiga.

Data UKM tersebut sangat berguna untuk pengelompokkan UKM sesuai bidangnya dan guna mengetahui lebih detail pertumbuhan UKM di Pekanbaru. Disamping juga bisa dijadikan sebagai rekomendasi bagi BUMN untuk memberikan pinjaman lunak kepada para pengelola UKM. Angka di atas terus meningkat seiring dengan geliat perkembangan pembangunan Kota Pekanbaru yang semakin maju.

Orang Di Kota Pekanbaru bisa dibilang sudah bisa menggunakan teknologi internet dengan baik atau  disebut tidak Gaptek  lagi Oleh karena itu Permasalahan umkm Yang timbut di kota pekanbaru mungkin ada beberapa permasalahan yang sering terjadi menjalankan UMKM Era Ekonomi Digital Karena apa, orang pekanbaru masih banyak Dalam menjalankan roda ekonomi dengan baik dan maksimal, Usaha Mikro Kecil Menengah di Pekanbaru sering menghadapi beberapa permasalahan. ada beberapa Permasalahan yang kerap terjadi.
    
                         Kendala UMKM Pekanbaru di Era Ekonomi Digital

1. Permasalahan Internal


Untuk internal, pertama permasalahan permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan. Permodalan merupakan komponen utama yang diperlukan untuk mengembangkan usaha mikro dan kecil menengah. Pada umumnya pelaku usaha sektor mikro ini adalah perorangan dan perusahaan tertutup. Masalah modal biasanya berasal dari dana pribadi ataupun kredit di bank proses pesyaratan administrasinya pun mengalami hambatan. Karena pemohon kredit bank harus menyertakan agunan sebagai jaminan. Pada persoalan modal inilah yang sedikit menghambat usaha untuk berkembang. Terkait persoalan ini, bank juga memiliki tawaran yang lain seperti modal untuk investasi namun belum semua pelaku usaha mikro memiliki akses untuk itu. Karena banyak yang harus diperhatikan seperti jangka waktu, pajak, peraturan, kebijakan, dll.


2. Permasalahan lebel halal


Permasalahan-permasalahan produk halal yang terjadi pada pelaku usaha kecil di Pekanbaru atau kota-kota lainnyamembuat mereka belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Perempuan yang gigih mengkampanyekan produk halal ini, mengkategorikan 3 (tiga) temuan saat pemeriksaan (audit) ditempat produksi yang umum menjadi permasalahan produksi UKM di Pekanbaru, yaitu:


  • Peralatan


 Permasalahan peralatan yang dimaksudkan disini adalah masih banyaknya pelaku usaha mengandalkan sebagian prosesproduksinya dengan menggunakan alat  yang digunakan bersama, seperti mesin penggilingan daging. Pedagang bakso dan produk  makanan turunan daging lainnya, penggilingan dagingnya dilakukan di pasar-pasar tradisional. Hal ini sulit untuk memastikan bahwa alat penggilingan tidak digunakan untuk daging non halal, termasuk dengan tempat penjualan daging sapi yang lokasinya berdekatan dengan daging babi. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya penggunaan pisau atau peralatan lain secara yang bersama.


  • Bahan-Bahan yang digunakan



dalam pegadaan bahan-bahan untuk produksi banyak temuan yang sulit ditelusuri kehalalannya. Bahan-bahan dimaksud tidak mempunyai informasi yang jelas tentang siapa dan tempat memproduksinya. Terutama untuk produk bakery atau kue-kue dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk makanan restoran.

  • Penyembelihan hewan 


banyak pelaku usaha membeli daging unggas, sapi atau kambing di tempat yang belum ada jaminan kepastian penyembelihan hewannya secara halal. Penyembelihan hewan banyak dilakukan di pasar-pasar dan jarang sekali di RPH. Untuk kota Pontianak dan Singkawang, meskipun sudah ada RPH yang bersertifikat halal, tetapi minat pelaku usaha kecil dalam melakukan pemotongan hewan disana masih sangat rendah. Oleh karena itu, daging hewan yang digunakan belum bisa dipastikan penyembelihannya secara halal.

3. Kurang Tahu Bagaimana Cara Membesarkan Bisnis


Permasalahan UKM selanjutnya adalah minimnya pengetahuan pengusaha UKM tentang manajemen bisnis yang baik. Banyak pelaku UKM hanya fokus memproduksi barang, tanpa memikirkan bagaimana strategi ekspansi bisnisnya lebih besar lagi.

4. Belum Memaksimalkan Pemasaran Online


Permasalahan UKM yang kelima ini masih berhubungan erat dengan poin keempat, yaitu sulitnya mendistribusikan barang.

Salah satu faktor yang menyebabkan pendistribusian barang UKM kurang meluas karena pengusaha belum melakukan pemasaran online.

Mungkin, beberapa pelaku UKM sudah memasarkan produknya secara online melalui media sosial, situs marketplace, dll, akan tetapi dalam prakteknya masih kurang maksimal. Sehingga, hasil yang didapat pun kurang maksimal.


5. Masalah Kemasan kurang menarik dan kadaluarsa

sejauh ini masalah pengembangan UMKM di Pekanbaru terkait kemasan produk yang dinilai kurang menarik, sehingga menurunkan nilai jual. Kedua soal label halal dan ketiga masalah kadaluarsa. Jadi semua ini dapat melibatkan dinas-dinas terkait, maka akan terselesaikanbsatu per satu setiap permasalahan," ungkap Syamsuar.


Sekian dari artikel saya apa bila didalamnya ada yang kurang saya mohon maaf dan berikan masukan dikolom komentar agar artikel saya bisa lebih baik lagi, sampai jumpa di artikel berikutnya.

"SUKSES SELALU"

Kendala UMKM Pekanbaru di Era Ekonomi Digital

Kendala UMKM Pekanbaru di Era Ekonomi Digital

Pekanbaru sebagai kota yang memiliki iklim bisnis tinggi juga memiliki perkembangan bisnis UKM yang cukup baik. bahkan menilai iklim bisnis UKM Kota Pekanbaru saat ini berjalan cukup baik. “Saya menilai sudah sangat baik, potensi.di pekanbaru ini. Dan sangat berkembang. Saya menyadari ini bukan kunjungan pertama saya melihat sentra-sentra UKM diberbagai kota. Dan, yang saya lihat dipekanbaru sangat cukup baik dan berbanding terbalik dengan daerah-daerah lainnya.

Jumlah UMKM di Pekanbaru menjadi jumlah terbanyak dibandingkan dengan jumlah UMKM di kabupaten/kota lainnya di Riau. Data Diskop dan UKM Riau menyebutkan bahwa Pekanbaru dengan 68.728 UMKM-nya menempati posisi pertama dalam jumlah UMKM. Posisi kedua adalah Kampar dengan jumlah UMKM-nya sebanyak 45.446 UMKM. Inhil dengan 44.891 UMKM menempati posisi ketiga.

Data UKM tersebut sangat berguna untuk pengelompokkan UKM sesuai bidangnya dan guna mengetahui lebih detail pertumbuhan UKM di Pekanbaru. Disamping juga bisa dijadikan sebagai rekomendasi bagi BUMN untuk memberikan pinjaman lunak kepada para pengelola UKM. Angka di atas terus meningkat seiring dengan geliat perkembangan pembangunan Kota Pekanbaru yang semakin maju.

Orang Di Kota Pekanbaru bisa dibilang sudah bisa menggunakan teknologi internet dengan baik atau  disebut tidak Gaptek  lagi Oleh karena itu Permasalahan umkm Yang timbut di kota pekanbaru mungkin ada beberapa permasalahan yang sering terjadi menjalankan UMKM Era Ekonomi Digital Karena apa, orang pekanbaru masih banyak Dalam menjalankan roda ekonomi dengan baik dan maksimal, Usaha Mikro Kecil Menengah di Pekanbaru sering menghadapi beberapa permasalahan. ada beberapa Permasalahan yang kerap terjadi.
    
                         Kendala UMKM Pekanbaru di Era Ekonomi Digital

1. Permasalahan Internal


Untuk internal, pertama permasalahan permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan. Permodalan merupakan komponen utama yang diperlukan untuk mengembangkan usaha mikro dan kecil menengah. Pada umumnya pelaku usaha sektor mikro ini adalah perorangan dan perusahaan tertutup. Masalah modal biasanya berasal dari dana pribadi ataupun kredit di bank proses pesyaratan administrasinya pun mengalami hambatan. Karena pemohon kredit bank harus menyertakan agunan sebagai jaminan. Pada persoalan modal inilah yang sedikit menghambat usaha untuk berkembang. Terkait persoalan ini, bank juga memiliki tawaran yang lain seperti modal untuk investasi namun belum semua pelaku usaha mikro memiliki akses untuk itu. Karena banyak yang harus diperhatikan seperti jangka waktu, pajak, peraturan, kebijakan, dll.


2. Permasalahan lebel halal


Permasalahan-permasalahan produk halal yang terjadi pada pelaku usaha kecil di Pekanbaru atau kota-kota lainnyamembuat mereka belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Perempuan yang gigih mengkampanyekan produk halal ini, mengkategorikan 3 (tiga) temuan saat pemeriksaan (audit) ditempat produksi yang umum menjadi permasalahan produksi UKM di Pekanbaru, yaitu:


  • Peralatan


 Permasalahan peralatan yang dimaksudkan disini adalah masih banyaknya pelaku usaha mengandalkan sebagian prosesproduksinya dengan menggunakan alat  yang digunakan bersama, seperti mesin penggilingan daging. Pedagang bakso dan produk  makanan turunan daging lainnya, penggilingan dagingnya dilakukan di pasar-pasar tradisional. Hal ini sulit untuk memastikan bahwa alat penggilingan tidak digunakan untuk daging non halal, termasuk dengan tempat penjualan daging sapi yang lokasinya berdekatan dengan daging babi. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya penggunaan pisau atau peralatan lain secara yang bersama.


  • Bahan-Bahan yang digunakan



dalam pegadaan bahan-bahan untuk produksi banyak temuan yang sulit ditelusuri kehalalannya. Bahan-bahan dimaksud tidak mempunyai informasi yang jelas tentang siapa dan tempat memproduksinya. Terutama untuk produk bakery atau kue-kue dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk makanan restoran.

  • Penyembelihan hewan 


banyak pelaku usaha membeli daging unggas, sapi atau kambing di tempat yang belum ada jaminan kepastian penyembelihan hewannya secara halal. Penyembelihan hewan banyak dilakukan di pasar-pasar dan jarang sekali di RPH. Untuk kota Pontianak dan Singkawang, meskipun sudah ada RPH yang bersertifikat halal, tetapi minat pelaku usaha kecil dalam melakukan pemotongan hewan disana masih sangat rendah. Oleh karena itu, daging hewan yang digunakan belum bisa dipastikan penyembelihannya secara halal.

3. Kurang Tahu Bagaimana Cara Membesarkan Bisnis


Permasalahan UKM selanjutnya adalah minimnya pengetahuan pengusaha UKM tentang manajemen bisnis yang baik. Banyak pelaku UKM hanya fokus memproduksi barang, tanpa memikirkan bagaimana strategi ekspansi bisnisnya lebih besar lagi.

4. Belum Memaksimalkan Pemasaran Online


Permasalahan UKM yang kelima ini masih berhubungan erat dengan poin keempat, yaitu sulitnya mendistribusikan barang.

Salah satu faktor yang menyebabkan pendistribusian barang UKM kurang meluas karena pengusaha belum melakukan pemasaran online.

Mungkin, beberapa pelaku UKM sudah memasarkan produknya secara online melalui media sosial, situs marketplace, dll, akan tetapi dalam prakteknya masih kurang maksimal. Sehingga, hasil yang didapat pun kurang maksimal.


5. Masalah Kemasan kurang menarik dan kadaluarsa

sejauh ini masalah pengembangan UMKM di Pekanbaru terkait kemasan produk yang dinilai kurang menarik, sehingga menurunkan nilai jual. Kedua soal label halal dan ketiga masalah kadaluarsa. Jadi semua ini dapat melibatkan dinas-dinas terkait, maka akan terselesaikanbsatu per satu setiap permasalahan," ungkap Syamsuar.


Sekian dari artikel saya apa bila didalamnya ada yang kurang saya mohon maaf dan berikan masukan dikolom komentar agar artikel saya bisa lebih baik lagi, sampai jumpa di artikel berikutnya.

"SUKSES SELALU"

Tidak ada komentar